Direktur LBH Hidayatullah DIY-JatengBagsel berinteraksi dengan santri saat pemaparan materi bentuk dan konsekuensi perundungan - Pesantren Hidayatullah Yogyakarta.

Yogyakarta — Pesantren Hidayatullah Yogyakarta kembali menyelenggarakan kegiatan tahunan bertajuk Rekomitmen Anti Perundungan, sebuah agenda penting dalam membangun lingkungan pendidikan Islam yang aman, nyaman, dan mendukung pertumbuhan karakter santri secara utuh. Acara ini berlangsung dengan khidmat di Masjid Markazul Islam Pesantren Hidayatullah Yogyakarta dan diikuti oleh seluruh santri serta tenaga pengajar dari berbagai jenjang.

Pembukaan oleh Kepala Madrasah: Menegaskan Pentingnya Lingkungan Belajar yang Aman

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Madrasah Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, Ust. Muhammad Rifki Saputra, S.Pd.I., yang dalam sambutannya menekankan urgensi menciptakan ruang belajar yang bebas dari segala bentuk perundungan.

“Lingkungan pesantren adalah tempat tumbuhnya calon ulama, ilmuwan, dan pemimpin masa depan. Tidak boleh ada ruang sedikit pun untuk perilaku merendahkan atau menyakiti orang lain,” tegas beliau di hadapan seluruh peserta.

Pernyataan ini menjadi pengingat bahwa komitmen Pesantren Hidayatullah bukan hanya tentang pendidikan akademik dan keislaman, tapi juga tentang menciptakan atmosfer pembelajaran yang penuh kasih sayang dan saling menghargai.

Materi Inspiratif oleh Direktur LBH Hidayatullah DIY JatengBagsel

Sebagai narasumber utama, hadir Bapak Hersona Bangun, SH., SE., AK., BKP., CA., M.Ak., CLA., Asean CPA., CPCLE., CCCLE—Direktur LBH Hidayatullah DIY JatengBagsel. Beliau memaparkan secara komprehensif tentang jenis-jenis perundungan, mulai dari verbal, fisik, sosial baik langsung maupun tidak langsung yang kini semakin marak.

Dengan gaya penyampaian yang lugas dan penuh semangat, Bapak Hersona menyadarkan para santri akan dampak negatif jangka panjang dari perundungan, baik bagi korban maupun pelaku.

“Bullying bukan cuma soal fisik. Kata-kata yang merendahkan, sikap mengucilkan, atau bahkan candaan yang tidak pada tempatnya bisa menjadi luka batin yang sulit disembuhkan,” ujarnya.

Materi ini menjadi bagian penting dari pendidikan karakter santri, membangun kesadaran kritis dan empati sejak dini. Seluruh peserta tampak antusias mengikuti sesi ini, dibuktikan dengan banyaknya respon santri yang ingin ikut menjawab pertanyaan yang dilontarkan pemateri selama sesi pemaparan.

Penandatanganan Pakta Komitmen: Janji Bersama Menolak Perundungan

Salah satu momen puncak dalam kegiatan ini adalah penandatanganan Pakta Komitmen Anti Perundungan. Tak hanya diikuti oleh santri, seluruh elemen tenaga pengajar, pembina, hingga staf pendidikan juga turut serta menandatangani sebagai simbol kesepakatan bersama untuk menciptakan lingkungan bebas bullying.

Dengan alat tulis dan niat yang kuat, setiap santri membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk janji moral dan spiritual bahwa mereka akan menjadi pelindung bagi sesama, bukan pelaku kekerasan atau perundungan.

Agenda Tahunan sebagai Penguatan Karakter Santri

Kegiatan Rekomitmen Anti Perundungan ini telah menjadi agenda tahunan di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta. Ini bukan sekadar formalitas, tapi bagian dari sistem pendidikan integral yang dirancang untuk membentuk pribadi santri yang kuat secara iman, ilmu, dan akhlak.

“Kita ingin memastikan bahwa pesantren Islam Yogyakarta bukan hanya unggul dalam aspek akademik dan spiritual, tetapi juga menjadi pelopor dalam membangun budaya anti kekerasan,” ungkap Ust. Alamsyah Arifin, S.Pd.I., Waka Bagian Kemuridan Pesantren Hidayatullah Yogyakarta yang turut hadir mendampingi kegiatan.

Didukung Penuh oleh Pimpinan dan Yayasan

Acara ini mendapat dukungan penuh dari pimpinan dan dewan pengurus Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, termasuk jajaran Yayasan As-Sakinah. Sinergi yang kuat antara pengurus, guru, dan santri menjadi kekuatan utama dalam membangun pesantren yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter dan berperadaban.

“Kami percaya bahwa komitmen pendidikan Islam harus dimulai dari hal-hal sederhana: saling menghargai, tidak merundung, dan menumbuhkan kasih sayang di lingkungan sekolah.”

Penutup: Komitmen Nyata untuk Pesantren Berkualitas

Melalui kegiatan seperti ini, Pesantren Hidayatullah Yogyakarta menegaskan jati dirinya sebagai pesantren berkualitas di Yogyakarta yang tak hanya mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, tetapi juga membina akhlak dan empati sosial.

Semoga langkah ini menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya untuk bersama-sama menciptakan dunia pendidikan yang lebih manusiawi dan penuh kasih.